About this blog

Bismillahirrahmanirrahim...

Mengenai Saya

Foto saya
Jadilah seseorang yg bkn hanya bermimpi tp juga memberi impian

Labels

Jumat, 31 Desember 2010

Hindari balita dan anak kita dari kekeraan seksual

Mari Hindari Anak Kita dari Kekerasan Seksual

Hampir setiap hari kita membaca, mendengar dan menonton berita tentang kekerasan seksual atau pemerkosaan terhadap anak balita.

Laporan dari pusat Konsultasi Terpadu RSCM melaporkan bahwa jumlah kasus anak yang dirujuk untuk memperoleh konseling karena pemerkosaan dan incent (hubungan kelamin antar anggota keluarga) meningkat 100% akhir-akhir ini. Sekurang-kurangnya ada satu kasus setiap hari!

Hampir setiap hari pula semua stasiun tv kita menyiarkan program yang sering kali merekonstruksi pemerkosaan anak balita yang umunya dilakukan sangat terencana oleh tetangganya yang ternyata murid SD kelas 5 dan 6 atau siswa SMP.

Apakah kita tinggal di desa atau di kota, datang dari keluarga berada atau pas-pasan, semua sekarang ini dihadapkan pada suatu “bencana besar” yang mengancam kenyamanan, keselamatan fisik, jiwa dan keimanan anak-anak kita. Mereka bisa dengan mudah menjadi korban kekerasan seksual dan pemerkosaan!

Apa Itu Kekerasan Seksual Terhadap Anak?

Kekerasan seksual adalah kegiatan atau aktifitas seksual yang dilakukan oleh orang dewasa atau anak yang lebih besar, terhadap anak atau balita. Kegiatan itu berupa:

  • Menunjukkan diri atau kemaluannya
  • Membelai atau meremas-remas anak
  • Melakukan pemerkosaan

Mengapa Semua Ini Bisa Terjadi?

Kekerasan seksual bisa terjadi karena dua hal:

  1. Orang dewasa atau anak yang lebih besar yang berada di sekitar anak kita ter pengaruhi oleh tontonan atau bacaan porno. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita semua tak mampu membendung arus informasi tentang pornografi yang melanda kehidupan kita beik melalui media cetak maupun elektronik dalam bentuk: berita, sinetron, telenovela, film seri, video klip lagu, dialog seputar seks, dan pergaulan, koran, tabloid, komik, vcd, dan situs porno, hp, bahkan gambar tempel porno yang dimasukkan dalam kemasan jajanan anak! Semuanya bisa didapatkan dengan murah dan mudah!

Sementara mereka yang menonton dan membaca informasi tersebut tidak semuanya memiliki iman yang teguh dan pengetahuan yang memadai sehingga mempunyai ketahanan serta kontrol diri yang baik.

  1. Anak-anak kita kurang kita bekali dengan pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi terhadap dirinya bila ia bersama orang lain dan keterampilan untuk menjaga diri dan waspada terhadap bujukan atau ancaman orang lain terhadap dirinya.

Bagaiman Kita harus bersikap dan apa yang mesti kita lakukan?

1. Meningkatkan kewaspadaan

Dengan semua kenyataan yang ada sekarang ini, kita sebaiknya meningkatkan kewaspadaan dalam pengasuhan anak dan balita kita. Kita harus mewaspadai dengan siapa anak kita berada, karena di negara mana saja kekerasan dan perkosaan terhadap anak umumnya dilakukan oleh orang dekat dan dikenal anak dengan cara membujuk atau mengancam.

Kewaspadaan itu diperlukan karena kita tidak dapat mengontrol apa yang telah orang lain lakukan sebelum mereka berada bersama denngan anak kita. Bisa saja mereka menyaksikan atau membaca hal-hal porno yang menggugah nafsunya dan menggunakan kekuatan fisik serta kekerasan untuk menyalurkannya.

Anak balita kita baik laki-laki ataupun perempuan memerlukan kewaspadaan yang sama!

Oleh sebab itu kalau kita terpaksa meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain, orang tersebut hendaknya sudah kita ajak bicara terlebih dahulu tentang berbagai aturan sebelum mendampingi anak kita. Lakukan pengecekan secara berkala. Pastikan semua aman.

2. Langkahi fikiran atau anggapan: seks itu tabu

Tak dapat dielakkan bahwa kita dibesarkan dalam budaya bahwa seks itu adalah sesuatu yang tabudan saru sehingga tidak pantas untuk dibicarakan dengan anak. Kalaupun kita ingin membicarakannya, kita tidak tahu bagaimana memulainya, kapan waktunya, apa yang akan dibicarakan dan sejauh mana kita harus menyampaikannya.

Kendala seperti ini harus diatasi. Kita bukan saja harus mampu membicarakan hal ini dengan anak tetapi juga membuat batasan dan penjelasan kepada orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan anak-anak kita.

Untuk mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengkomunikasikan masalah seks ini, selain membaca buku-buku yang banyak tersedia di toko-toko buku, anda juga dapat mengikuti workshop dan pelatihan mengenai bagaimana cara berbicara seks dengan anak.

3. Menggalang kerja sama di dalam dan di luar rumah

· Kerjasama dengan pasangan kita, untuk sepenuhnya bertanggung jawab mengenai pendidikan seksualitas anak-anak kita.

· Kerjasama dengan orang yang terlibat dengan pengasuhan anak : orang tua, pembantu, anggota keluarga, bahkan supir kita.

· Kerjasama dengan pihak sekolah dan tetangga. Untuk berhati-hati dan saling memperhatikan dan membantu anak masing-masing.

Bagaimana Cara Mempersiapkan Anak Kita?

1. Tingkatkan komunikasi dengan anak

Dengan komunikasi yang baik, kita dapat membantu anak untuk:

· Memiliki kesadaran dan ketajaman perasaan terhadap apa yanng mungkin terjadi pada dirinya. Kita mengajarkan mereka untuk lebih waspada. Caranya bisa dengan menceritakan tentang peristiwa yang sering terjadi sekarang ini. Tapi gunakanlah kata-kata yang sesuai dengan usia dan kemampuan berfikir anak, sehingga tidak membuatnya tegang atau stres.

Dalam berdialog, usahakan untuk mengontrol ekspresi wajah agar tetap rileks dan nada suara yang lembut dan rendah.

· Meningkatkan harga dan kepercayaan dirinya. Anak diajarkan bahwa diri dan tubuhnya adalah sesuatu yang berharga baginya, bagi kita dan bagi seluruh keluarga. Untuk itu ia harus menjaga dan memeliharanya dengan baik.

Terhadap anak, kita bisa menjelaskannya sebagai berikut:

Ibu: Tidak semua orang boleh mnyentuh badan adek ya, terutama dari bahu sampai di atas lutut. Bagian ini hanya boleh disentuh mama, papah, dan…”

Hal ini tidak susah bagi anak, karena mereka biasanya sangat sensitif dengan miliknya: Ini punyaku!,Ini bonekaku!. Jadi mereka dengan mudah bisa diajarkan untuk merasa berani dan mengatakan: Ini badanku!,ini milikku!.

Katakan pada anak:

Ayah: Jangan lupa ya sayang, ini badan ade yang paling berharga, tidak sembarang orang orang boleh pegang atau elus-elus badan adek ya, nngerti kan?

2. Mengajarkan anak jenis-jenis sentuhan dan cara bereaksi terhadapnya

Menjelaskan sentuhan ini memang tidak mudah. Tapi karena situasi di sekitar kita sudah seperti ini, mau tidak mau kita harus berupaya untuk bisa melakukannya. Katakan bahwa orang menyentuh kita itu dapat digolongkan menjadi 3 cara:

· Sentuhan yang boleh

Yaitu sentuhan yang dilakukan seseorang karena kasih sayang , misalnya mengusap, membelai kepala, membedak badan.

· Sentuhan yang membingungkan

Sentuhan yang dilakukan antara menunjukkan kasih sayang dan nafsu. Misalnya, mula-mula mengelus kepala, memeluk, lalu tangannya meraba bagian tubuh dari bawah bahu sampai atas dengkul, yang telah diajarkan pada anak merupakan bagian yang tidak boleh disentuh orang lain.

· Sentuhan yang jelek

Yaitu kalau seseorang meraba paha, dada, atau bagian yang dekat dengan kemaluan.

3. Ajarkan anak untuk mempercayai perasaannya

Anak-anak dibekali Allah dengan perasaan yang tajam sehingga dapat mengenali bagaimana perasaan dan perlakuan orang lain terhadapnya. Anda tentu akan tahu bagaimana perbedaan reaksi yang ditunjukkan anak yang anda sukai dan anak yang anda tidak begitu sukai. Mereka dapat merasakan perasaan anda bukan? Atas dasar itu, sebenarnya anak bisa kita ajarkan atau dilatih untuk memperhatikan dan mempercayai berbagai macam perasaan yang dialaminya bila ia berhadapan dengan orang lain, apakah itu menyenangkan atau menakutkan! Dan hubungkan perasaan tersebut dengan sentuhan yang dilakukan orang tersebut terhadap anak. Kita bis berulanng kali mengingatkan anak:

Ibu: Ada orang yang menyentuh atau mengelus-ngelus adek, coba adek rasakan: sentuhannya benar atau tidak, sentuhanya baik atau membingungkan adek, kalau adek bingung atau takut terhadap sentuhan orang, perasaan adek itu benar. Jadi adek kasih tahu ibu ya..!

4. Ajarkan anak untuk mengatakan TIDAK, ENGGAK MAU atau JANGAN BEGITU pad anak yang lebih besar atau orang dewasa yang berbuat tidak pantas padanya

Selama ini kita mengajarkan anak untuk patuh pada orang dewasa lain, dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh yang lebih besar dari mereka. Sekarang kita harus pula menjelaskan kepada anak bahwa untuk keadaan tertentu (tergantung perbuatan orang itu dan pertimbangan perasaannya) anak boleh mengatakan : JANGAN BEGITU, TIDAK, dan ENGGAK MAU pada orang dewasa atau anak yang lebih besar dari padanya, khusus bila ia merasa perlu melindungi dan menjaga dirinya. Bahkan kalau dia merasa terancam, kita perbolehkan anak untuk bersikap tegas, judes, bahkan berbohong!

Misalnya kita katakan:

Kalau adek sudah bilang Jangan pegang begitu tapi orang itu masih saja pegang-pegang dan ngelus-ngelus adek, adek bilang sama orang yang ada disekitar situ. Kalau terpaksa, adek boleh berbohong dengan bilang: aduh maaf ya om atau mas: aku mau pipis dulu, dan? Adek lari ya nak!

Anda bisa minta anak mencoba mengatakannya dan mengulangnya sampai mereka bisa. Usahakan anak terampil mengucapkan kata-kata untuk pembelaan dan perlindungan darinya.

5. Yakinkan anak untuk bisa berbagi rahasia dengan kita

Karena kekerasan seksual dan pemerkosaan selalu dilakukan dengan bujukan dan ancaman, maka hal ini harus dijelaskan juga kepada anak. Kita juga meyakinkan bahwa kita sebagai orang tua adalah tempat dengan siapa anak bisa berbagi rahasia.

Ibu: Dek, biasanya orang yang mau nakalin atau jahatin anak-anak sebesar adek itu suka ngancem atau menjanjikan hadiah dan meminta untuk menjaga rahasianya. Jadi kalau ada orang yang suruh adek begitu jangan percaya nak. Adek sama mama sangat dekat, dulu kan adek ada di perut mama, makan mama yang mama makan. Jadi kalau adek punya perasaan yang membingungkan dan menakutkan, mamalah orang yang paling dekat sama adek. Jadi adek ceritain ke mama ya nak!?

Tentunya dengan ini, anda benar-benar harus mencerminkan sebagai orang yang bisa dipercaya. Sejak itu mulailah berbagi “rahasia-rahasia kecil” yang bisa anda ciptakan dengan anak, agar anak terbiasa. Misalkan diam-diam bagi cokelat dan tidak ikut dibagi dengan adiknya.

Ssst ini rahasia diantara kita ya!

6. Kenalkan pada anak bedanya: orang asing, kenalan, teman, sahabat dan kerabat

Sejak kecil anak perlu dibiasakan untuk mampu mengenali dan melakukan penilaian terhadap orang di sekitarnya, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dengan mereka.

Orang asing: Adalah orang yang tidak kita kenal sama sekali. Tidak boleh terlalu beramah-tamah dengan mereka, atau akrab dan langsung percaya. Kita harus selalu waspada dengan orang asing. Misalnya orang yang duduk di samping kita di bus atau di tempat tunggu. Waspada bukan berarti berprasangka buruk. Kalau berprasangka buruk itu tidak boleh, tapi waspada itu justru perlu.

Kenalan: Orang yang kita kenal namanya, pekerjaannya atau alamatnya. Tapi tidak lebih jauh dari itu. Misalnya tukang koran, tukang sayur, dll. Kita juga harus berhati-hati karena tidak kenal dengan mereka secara mendalam.

Teman: Kita tahu lebih banyak tentang mereka bahkan sifat-sifatnya. Kita boleh bergaul lebih banyak dengannya dan mempercayainya.

Sahabat: Lebih dari sekedar teman, kita sangat mempercayainya tapi tetap dalam batas-batas tertentu, tidak semuanya kita percaya.

Kerabat: Adalah anggota keluarga dekat, yang kita kenal betul. Tetapi tetap harus waspada juga. Bagi yang muslim, sejak dini harus mulai memperkenalkan mana yang muhrim (seseorang yang kita tidak boleh menikah dengannya) dan mana yang bukan, jadi anak tahu bagaiman bersikap terhadap mereka.

7. Nyatakan pada anak bahwa orang tua dan keluarga selalu melindungi dan menjaga mereka

Anak harus diyakinkan bahwa orang tua dan keluarga dekat sangat menyayangi, melindungi, dan mendukungnya apabila ia bertindak sesuai apa yang dirasakannya untuk melindungi dirinya. Pernyataan seperti ini sangat diperlukan untuk memberikan rasa aman dan kekuatan dalam diri anak.

8. Genapkan Ikhtiar dengan doa

Sejauh mata bisa melihat, tangan bisa menjangkau, telinga bisa mendengar? Selalu ada saat dimana kita lengah atau tidak mampu, bukan? Setelah ikhtiar kita lakukan, selanjutnya adalah berdoa dan pasrah; semoga ALLah melindungi anak kita darii bencana. Pada Allah juga kita berserah diri atas keselamatan diri dan keturunan kita.

From: Yayasan kita dan buah hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arigatou Gozaimasu...!!