Ini dari pengalaman, dimana saya sedang bersifat melankolis, senang sendiri dan merenungi hidup ini yang sangat tajam namun penuh omong kosong. Saya sering berfikir kesalahan dan perbaikan dalam individu seseorang. Seorang manusia kadang terlintas semboyan “Tak ada manusia yang sempurna”. Memang kita manusia, namun, apa serendah manusia itu? Dan apakah itu manusia sejati dalam pengertian umum?. Dalam hidup, orang sukses sangat berbeda dengan manusia lainnya. Apakah dia bukan manusia? Lantas apakah yang membedakan semua itu?.
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di benak saya satu-persatu. Kembalikan masalah ke logika dan alam. Lihatlah seekor kucing yang sedang merebut ikan dari temannya. Mereka mempunyai tak-tik masing-masing, ada yang bersifat licik, polos, ataupun serakah. Semua itu berbeda dan hanya dapat berguna pada kodisi yang tepat. Hewan saja dapat beda kanapa kita enggak??. Hewan pintar sering diartikan hewan yang seperti manusia pemikirannya, yaitu pintar. Mengapa manusia hanya manusia yang tidak bisa sempurna? Itukah manusia yang sangat-sangat manusia tanpa bisa menembus target hidup?
Lingkungan dan teman kita bukanlah selingan hidup. Mereka juga hidup sama seperti kita. Mungkin awalnya saat ku kecil saya menganggap dunia ini untuk saya, semua mati dan hanya saya yang hidup. Sebagian yang saya lihat berjalan, bergerak, berbicara adalah untuk mendampingi diri saya. Sebagian lagi yang tidak bersama diri saya hanya diam dan terbujur kaku. Saya kira semua hanya rekayasa. Mungkin itulah salah satu pemikiran egois saat saya masih kecil karena saya juga masih bingung bagaimana cara hidup di bumi ini.
Kini, Alhamdulillah setelah bertambah umur dan pengtahuan, saya pun mengerti bahwa hidup ini untuk semua. Namun, saya tetap tak mengerti apakah orang-orang mengerti diri saya. Bukan hanya diri saya mungkin manusia lainnya bertanya seperti itu. Sedikit kasih sayang, cinta dan keadilan yang saya lihat, dengar, dan rasakan dari manusia selama saya hidup bahkan cerita sejarahpun sebagian besar seperti itu. Alhamdulillah, saya selalu terpenuhi semuanya dari Allah SWT, pencipta manusia. Saya merasa terpenuhi baik yang aku inginkan maupun yang saya butuhkan. Subhanallah, Allah sungguh berperan lebih dalam kehidupan. Namun, sesuatu yang sangat saya sesalkan, dimana peranan lebih dari manusia??
Manusia tidak dapat mengetahui banyak yang saat ini kita butuhkan. Namun, mengapa manusia saat ini hanya bergerak jika ada yang meminta? Bahkan ada yang tidak bergerak sama sekali. Bergerak jika ada yang meminta adalah tindakan “kepepet” dalam bersosialisasi. Tidak bergerak sama sekali adalah tindakan bodoh yang hanya menjatuhkan harga diri kita sendiri. Bagaimana seharusnya? Bergeraklah sebelum orang lain meminta dengan lebih memperhatikan keadaan seseorang. Bergeraklah lebih jika seseorang sudah meminta kepada kita dan meminta maaflah jika kita tak bisa memenuhi keinginannya tapi tetap bergerak terlebih dahulu. Intinya kita harus bergerak terlebih dahulu.
Adapula manusia yang tidak mengetahu siapa yang lebih membutuhkan. “Namanya saja manusia..” itukah kata-kata yang terlintas? Kata-kata itu hanya melemahkan. Pastikan kita orang yang peduli agar lebih mengetahui kondisi lingkungan kita. Misalnya saja, ada A dan B yang sama-sama meminta makan karena keduanya belum makan, karena A meminta lebih dulu akhirnya dia yang mendapat lebih dulu. Sedangkan si B telat meminta namun ia belum makan selama 2 minggu berbeda dengan si A yang hanya belum makan 2 hari. Kemudian kita meninggalkan begitu saja keadaan B yang sangat kelaparan dan berfikiran bahwa kita sudah selesai melaksanakan kewajiban kita sebagai makhluk sosial. Apakah itu keadilan?? Sungguh zalimlah dirimu jika berfikir semua itu selesai, padahal B sedang menangis karena kecuhanmu.
“Tak ada manusia yang tak sempurna” apakah itu semboyan hidup kalian? Pantas tidak ada perkembangan diantara kalian. Semboyan itu dapat mempengaruhi pola fikir manusia sendiri bahkan lingkungan dan sel-sel tubuhnya pun dapat mendukung apa yang didengar itu. Bukan karena itu kita mengalah, bukan karena itu kita selalu terdiam. Itu hanya semboyan kebodohan yang membuat kita jauh lebih malas berkembang. Apakah orang-orang sekses memakai semboyan itu dalam mengarungi rintangannya “tidak” dan “tidak akan pernah”, semboyan itu hanya untuk orang yang dan ingin biasa-biasa saja bahkan yang ingin terjatuh.
Lalu bagaimana semboyan yang benar?? “Serendah-rendahnya manusia dapat lebih rendah dari pada setan” dan “Setinggi-tingginya manusia dapat melebihi malaikat” Itulah sebenarnya semboyan yang indah karena takkan melampaui kekuatan tuhan. Subhanallah, memang Allah di atas segala-galanya. Dapatkah kita menyayangi Allah yang sangat menyayangi kita? Apakah yang Allah inginkan dari diri kita? Allah ingin seseorang yang bertakwa, karena takwa itu derajatnya dapat lebih tinggi. Takwa bukan hanya untuk diri sendiri tapi takwalah bersama orang-orang di sekitar kita. Bukan hanya mengajar tetapi juga merangkul, karena sesuatu akan sia-sia jika kita mengajarkan namun tidak merangkul. Hal tersebut menyebabkan materi tidak dapat diserap dan diamalkan oleh yang kita ajarkan.
Sebagai manusia, teruslah berjalan di bumi Allah ini. Hidup untuk semua, sesama manusia dan lingkungan. Saya hanya berharap kejadian ini hanya terjadi pada saya dan akan segera berlalu, semoga kalian tidak merasakan hal yang sama seperti saya. Semoga orang-orang dapat menyadarinya di saat matahari sudah memberikan sinarnya yang lebih sejuk. Terimakasih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Arigatou Gozaimasu...!!